Rindu Membuncah
Cahaya bintang malam itu tak lekang
dari langit mendung, namun qolbu seakan mendamba bau tanah yang tergores rintik
hujan. Kali ini dingin terasa nikmat, dan semakin terasa ketika rindu tetiba
merambah ..
Entah
kenapa, sujud di sepertiga malam itu terasa berbeda. Seorang gadis penikmat
langit yang tengah menjelajah fatamorgana malam dalam memori sakral, mendapati
dirinya tetiba dalam perasaan rindu. Kala itu alam menunjukkan kuasanya, langit
tak lagi mampu membendung air, hingga menggores tanah tanpa henti untuk beberapa
jam- tak ada lisan yang berucap. Hanya sujud yang bercengkerama dalam qolbu,
ringan namun menggembirakan hati. Sendu yang memesona.
Ada
yang tertahan dalam penglihatan menuju sajadah- air mata yang bening. Disana rindu
mulai membuncah, mengingat cinta- Nya yang khawatir akan menjauh. Mengingat cinta-
Nya yang khawatir tak lagi membelai penuh kasih sayang. Mengingat cinta- Nya yang
khawatir membuatnya cemburu. Mengingat cinta- Nya yang khawatir diam- diam
kecewa.
Rindu
semakin membuncah, tatkala khawatir mulai merambah ruh akan kesibukan yang
mampu menjadi Ilah. Tak mau layaknya cerang, tempat di rimba yang sudah di
tebang pohon- pohonnya- sulit dinikmati. Padahal, bukankah jasmani ini hanya
pinjaman, tempat bernaungnya ruh yang dahulu suci itu ? Dan rindu semakin
membuncah ketika sadar bahwa mata ini dapat melihat karena ruh, telinga ini
dapat mendengar karena ruh, kulit ini dapat merasakan karena ruh. Ya, ruh yang
dahulu ditiupkan- Nya ke dalam janin ketika menginjak 120 hari.
Rindu
semakin membuncah, manakala khawatir singgah akan keceriaan dalam hari- hari
yang justru menghiraukan cinta- Nya. Manakala khawatir singgah akan kesedihan
yang berlarut- larut seakan lupa akan cinta- Nya.
Rindu
semakin membuncah, ketika mata mulai membaca surat cinta- Nya di dalam kitab
penyempurna itu. Ada perasaan aneh ketika mencoba memahaminya. Diri dari gadis
penikmat langit itu seraya tenggelam dalam kelepur kesunyian bumi. Bahasa
cinta- Nya mengalun tegas namun penuh kasih sayang. Mendamba kalimat demi
kalimat penggugah ghirah, yang mendamba cinta- Nya.
Dalam sujud di sepertiga malam, mampukanlah
diri untuk membendung cinta- Mu, tanpa menghilangkan kenikmatan hari- hari
dengan rindu yang membuncah itu .. hingga kelak Engkau pisahkan ruh dengan
jasmani selama- lamanya ..