Kini
ku menikmati langit dalam emosi yang berbeda dari sebelumnya. Terbangun di
sepertiga malam namun hanya terdengar suara pohon yang saling bersentuhan
karena hembus angin yang bagai tak sabar melihat mentari. Anehnya, kali ini bukan
rindu yang membuncah .. tapi memori sakral yang kian waktu kian terpendam ..
yang semakin melangkah kian terlupakan, bukan termaafkan ..
Di
sepertiga malam itu tak ada cengkrama ringan yang menggembirakan. namun lagi- lagi
langit malam membuatku gila, selalu ada rasa yang indah walau hanya bisa memandang
dari penghujung mata .. karena harus mencari celah dari pepohonan yang bergerak
tak tenang.
Memori
mulai berjalan menyusuri langkah – langkah kecil yang bergerak riang di masa
lalu. Menampilkan senyum paling manis hanya untuk menutup luka. Sambil berharap
tak ada lagi belenggu yang menempel dalam jiwa .. hingga menjadi air yang dapat
memadamkan api.
Kini
ku bicara soal jiwa- jiwa yang berangkat dari cerita yang sunyi. Berkumpul tuk
saling mendidik rasa dan akal dalam sebuah skenario yang berkelit .. yang tetap
berjuang untuk keluar dari belenggu- belenggu pengikat jiwa .. yang tetap
menjaga setiap butir ikhlas nya walau air mata yang bening belum bisa berhenti
jatuh .. yang ingin tetap melangkah karna menyadari bahwa waktu akan terus
berjalan dengan atau tanpa kita. Maka, seharusnya bukan lagi tentang seberapa
sunyi cerita itu .. tapi bagaimana membuat cerita sunyi menjadi akhir
perjalanan yang memesona .. atau paling tidak menjadi dongeng ringan yang
menggembirakan hati.
“Tak
akan ada dua warna dalam satu rongga dada” .. ku dapati kalimat ini dari seorang
ibu yang tak pernah ku kenal sebelumnya, namun mengingatkanku pada sesuatu yang
disebut perempuan. Ada yang menarik dalam kalimat itu, ku pikir. Hamba- Nya
atau munafikkah ?
Kini
dalam perjalanan memori sakral di masa lalu, dalam lelah menjalani cerita yang
sunyi .. harus ku akui bahwa kebeningan hati akan tetap menunggu di akhir
perjalanan nanti .. menampilkan senyum paling manis karena termaafkan, bukan
terlupakan .. hingga nafas yang terhenti karena bahagia dalam perjuangan, bukan
penyesalan.
-By Azzahra-