Minggu, 17 Februari 2013

Aviasi Cinta di Atas Pelangi Ikhtiar




Di antara sabit dan kerlip bintang, yang mulai memudar di sepertiga malam
 Tanya akan hadirku selama ini ....
Hamba-Nya ? Mukminkah ? Munafikkah ?

Rasanya kaki begitu berat melangkah. Bahala kian menyerang hati bak tertancap sebilah pisau bergerigi sempurna, tumpukan karung berisi batu padas bagai tersusun rapih di atas kepala. Kendati demikian, bimbang linglung kerap menggerogoti otak, berusaha keras menemukan paling tidak ada sebutir solusi jatuh di pikiran. Langkah semakin tak kukuh, sepanjang perjalanan spiritual di sepertiga malam hanya bisa merasakan hembusan angin sunyi yang sesekali mengelus kedua daun telinga. 

Dan tenggelam dalam kelepur gemerlap yang sesekali mengintip di antara jejaring ventilasi, fatamorgana malam yang memesona.

Allah harus dicintai melebihi apapun ..

 “Katakanlah, “Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.”(Surah At-Taubah : 24)

Lalu, sekarang apa yang engkau pikirkan tentang cinta ?

Cinta. Ya, satu kata penuh manah luas namun penuh dialektika, tak pernah terasa mambu namun kerap menimbulkan kondisi manai tak kenal waktu. Anggaplah kata cinta ini mewakili rasa kasih, sayang, ataupun rindu. Sasaranya bisa siapa saja, mulai dari orang tua, sahabat, kekayaan, kebiasaan, kekasih dan lain sebagainya. Tak ada yang salah dengan cinta, karena Allah sendirilah yang telah menciptakannya kepada  setiap insan di muka bumi ini. Allah adalah Tuhan semesta alam, Dia yang menciptakan langit, bumi beserta isinya. Begitu pula dengan cinta, yang merupakan anugerah  dari-Nya bahkan bisa sekaligus sebuah pinjaman, jadi cinta adalah kehendak dan kekuasaan-Nya. 

Cinta. Ya, satu kata yang menggambarkan perasaan indah dalam segala aktivitas. Manusia di ciptakan untuk mengabdi kepada Allah, jadi segala aktifitasnya merupakan pengabdian kepada-Nya. Shalat, belajar, bekerja, dan bergaul adalah bentuk pengabdian pada Allah.  Dalam tahap ini, tentu kita sepakat bahwa cinta diciptakan untuk mengabdi kepada-Nya. Sungguh menyenangkan bukan ketika satu kata yang indah ini menjadi fasilitas untuk menjadi kekasih-Nya. Satu kata yang bukan hanya sebagai sarana meluapkan emosi dan perasaan, namun justru menambah pesonanya dengan kekhusyuan ibadah. Dan cinta, kata yang menunjukkan ketulusan dan kesucian dari segala sifat, ini bukan sebuah anulir. Bukankah hakikat cinta tertinggi dalam Islam adalah cinta kepada Allah dan Rasul-Nya ?
Pesona cinta ..

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah.”(Surah Al-Munafiqun :9)

Cinta. Ya, satu kata yang dapat menjadi alasan siapapun rela dalam melakukan segala bentuk aktifitas. Kata indah ini mulai menunjukkan eksistensinya, terkadang dialek pun tak lagi bersifat dialektik. Pesonanya mampu membuat setiap insan melakukan segalanya, bahkan hingga berdusta kepada-Nya, Sang Khalikul alam yang telah menciptakan cinta. Apa daya ketika diri tak terbentengi kukuhnya iman, khianat pun dapat menerkam. Khianat akan realisasi cinta, yang membuai emosi dan perasaan hingga menyebabkan ibadah bukanlah tujuannya, terjebak dalam pesona cinta yang dangkal, mengutamakan nafsu.

“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isra:32)

Lalu apa hubunganya dengan kegiatan yang mengutamakan nafsu itu ?

Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. telah bersabda yang artinya, “Kedua mata itu bisa melakukan zina, kedua tangan itu (bisa) melakukan zina, kedua kaki itu (bisa) melakukan zina. Dan kesemuanya itu akan dibenarkan atau diingkari oleh alat kelamin.” (Hadis sahih diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Ibn Abbas dan Abu Hurairah).

“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman:”Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya,  yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (QS. 24:30)

Pacaran bukanlah sebuah status, tapi suatu “kegiatan”
“Tidak ada daun yang gugur, yang tidak diketahui-Nya .. “(6:59)
ALLAHurabbi .. “bantulah” tiap diri yang ingin “menjaga” dirinya ..

Cinta. Ya, cinta dan mencintai adalah suatu kegiatan sederhana nan kompleks yang mengukur waktu demi waktu untuk beribadah kepada-Nya. Ketika mendefinisikan kecintaan kepada Allah sebagai sekadar ketaatan belaka, lalu adakah sepasang kekasih mendustai Sang Pencipta ?

Pada tahap ini tentu kita sepakat, bahwa cinta kepada Allah adalah kewajiban bagi setiap muslim yang berakal sehat dan beroleh taufik untuk mencintai apa yang dicintai Allah dan Rasul-Nya dan membenci apa yang dibenci Allah dan Rasul-Nya.

Tidakkah mereka memperhatikan berapa banyak generasi sebelum mereka yang telah Kami binasakan,padahal (generasi itu), telah Kami Teguhkan kedudukannya di bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami Berikan kepadamu. Kami Curahkan hujan yang lebat untuk mereka dan Kami Jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami Binasakan mereka karena dosa-dosa mereka sendiri, dan Kami Ciptakan generasi yang lain setelah generasi mereka.”(Surah Al-An’am : 6)

“barang siapa menyerupai sebuah kaum maka dia menjadi bagian dari mereka.”(HR.Abu Daud)

Kini dalam tahajud di sepertiga malam, yang mengantarkan pada pendakian spiritual yang begitu memesona, cinta kepada-Nya ..

Tidak ada komentar: