Di antara
sabit dan kerlip bintang, yang mulai memudar di sepertiga malam
Tanya akan hadirku selama ini ....
Hamba-Nya
? Mukminkah ? Munafikkah ?
Rasanya
kaki begitu berat melangkah. Bahala kian menyerang hati bak tertancap sebilah
pisau bergerigi sempurna, tumpukan karung berisi batu padas bagai tersusun
rapih di atas kepala. Kendati demikian, bimbang linglung kerap menggerogoti
otak, berusaha keras menemukan paling tidak ada sebutir solusi jatuh di
pikiran. Langkah semakin tak kukuh, sepanjang perjalanan spiritual di sepertiga
malam hanya bisa merasakan hembusan angin sunyi yang sesekali mengelus kedua
daun telinga.
Dan tenggelam
dalam kelepur gemerlap yang sesekali mengintip di antara jejaring ventilasi,
fatamorgana malam yang memesona.
Allah harus dicintai
melebihi apapun ..
“Katakanlah, “Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu,
saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu
usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat
tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta
berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusan-Nya.”
Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.”(Surah At-Taubah :
24)
Lalu, sekarang apa yang engkau pikirkan
tentang cinta ?
Cinta.
Ya, satu kata penuh manah luas namun penuh dialektika, tak pernah terasa mambu
namun kerap menimbulkan kondisi manai
tak kenal waktu. Anggaplah kata cinta ini mewakili rasa kasih, sayang, ataupun
rindu. Sasaranya bisa siapa saja, mulai dari orang tua, sahabat, kekayaan,
kebiasaan, kekasih dan lain sebagainya. Tak ada yang salah dengan cinta, karena
Allah sendirilah yang telah menciptakannya kepada setiap insan di muka bumi ini. Allah adalah Tuhan
semesta alam, Dia yang menciptakan langit, bumi beserta isinya. Begitu pula
dengan cinta, yang merupakan anugerah
dari-Nya bahkan bisa sekaligus sebuah pinjaman, jadi cinta adalah
kehendak dan kekuasaan-Nya.
Cinta.
Ya, satu kata yang menggambarkan perasaan indah dalam segala aktivitas. Manusia
di ciptakan untuk mengabdi kepada Allah, jadi segala aktifitasnya merupakan
pengabdian kepada-Nya. Shalat, belajar, bekerja, dan bergaul adalah bentuk
pengabdian pada Allah. Dalam tahap ini,
tentu kita sepakat bahwa cinta diciptakan untuk mengabdi kepada-Nya. Sungguh
menyenangkan bukan ketika satu kata yang indah ini menjadi fasilitas untuk
menjadi kekasih-Nya. Satu kata yang bukan hanya sebagai sarana meluapkan emosi
dan perasaan, namun justru menambah pesonanya dengan kekhusyuan ibadah. Dan cinta, kata yang menunjukkan ketulusan dan kesucian dari
segala sifat, ini bukan sebuah anulir. Bukankah
hakikat cinta tertinggi dalam Islam adalah cinta kepada Allah dan Rasul-Nya ?
Pesona cinta ..
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan
kamu dari mengingat Allah.”(Surah Al-Munafiqun :9)
Cinta.
Ya, satu kata yang dapat menjadi alasan siapapun rela dalam melakukan segala
bentuk aktifitas. Kata indah ini mulai menunjukkan eksistensinya, terkadang
dialek pun tak lagi bersifat dialektik. Pesonanya mampu membuat setiap insan
melakukan segalanya, bahkan hingga berdusta kepada-Nya, Sang Khalikul alam yang
telah menciptakan cinta. Apa daya ketika diri tak terbentengi kukuhnya iman,
khianat pun dapat menerkam. Khianat akan realisasi cinta, yang membuai emosi
dan perasaan hingga menyebabkan ibadah bukanlah tujuannya, terjebak dalam
pesona cinta yang dangkal, mengutamakan nafsu.
“Dan
janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isra:32)
Lalu apa hubunganya dengan kegiatan yang
mengutamakan nafsu itu ?
Dari
Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. telah bersabda yang artinya, “Kedua
mata itu bisa melakukan zina, kedua tangan itu (bisa) melakukan zina, kedua
kaki itu (bisa) melakukan zina. Dan kesemuanya itu akan dibenarkan atau
diingkari oleh alat kelamin.” (Hadis sahih diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan
Imam Muslim dari Ibn Abbas dan Abu Hurairah).
“Katakanlah
kepada laki-laki yang beriman:”Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (QS. 24:30)
Pacaran bukanlah sebuah
status, tapi suatu “kegiatan”
“Tidak ada daun yang
gugur, yang tidak diketahui-Nya .. “(6:59)
ALLAHurabbi .. “bantulah”
tiap diri yang ingin “menjaga” dirinya ..
Cinta. Ya, cinta dan mencintai adalah suatu kegiatan sederhana
nan kompleks yang mengukur waktu demi
waktu untuk beribadah kepada-Nya. Ketika mendefinisikan kecintaan kepada Allah
sebagai sekadar ketaatan belaka, lalu
adakah sepasang kekasih mendustai Sang Pencipta ?
Pada tahap ini tentu kita sepakat, bahwa cinta kepada Allah
adalah kewajiban bagi setiap muslim yang berakal sehat dan beroleh taufik untuk
mencintai apa yang dicintai Allah dan Rasul-Nya dan membenci apa yang dibenci
Allah dan Rasul-Nya.
“Tidakkah
mereka memperhatikan berapa banyak generasi sebelum mereka yang telah Kami
binasakan,padahal (generasi itu), telah Kami Teguhkan kedudukannya di bumi,
yaitu keteguhan yang belum pernah Kami Berikan kepadamu. Kami Curahkan hujan
yang lebat untuk mereka dan Kami Jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka,
kemudian Kami Binasakan mereka karena dosa-dosa mereka sendiri, dan Kami
Ciptakan generasi yang lain setelah generasi mereka.”(Surah Al-An’am : 6)
“barang
siapa menyerupai sebuah kaum maka dia menjadi bagian dari mereka.”(HR.Abu Daud)
Kini dalam tahajud di sepertiga malam, yang mengantarkan pada
pendakian spiritual yang begitu memesona, cinta kepada-Nya ..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar