Minggu, 28 Desember 2014

Rindu Sehangat Langit Pagi


Rindu Menabiri alam dengan kegelapan, namun terus bermunajat kepada Sang Khalikul alam dengan mengadukan segalanya 

Mengutuskan semua tuk tepiskan rindu pada dinginnya dinding rumah
Kemudian menjelajah fatamorgana alam sehangat langit pagi yang berani menganalogikan rindu

Kini rindu menjelaskan bahwa jarak justru memperbaiki semua sandiwara yang tengah tertulis dalam skenario Tuhan

Rindu merajai ketamakkan dengan suara hati yang jauh dari dusta 

Rindu mengganti kebuasan kata- kata menjadi senyum paling manis yang bisa ditampilkan dalam suasana hati yang pahit, hingga jauhkan diri dari kefakiran jiwa

Rindu mengangkat semangat dalam jiwa- jiwa kesepian yang nyaris putus asa untuk berbuat baik

Tatkala pertemuan tiba, keangkuhan berubah menjadi kata- kata manis bagai nyanyian surga dalam dekapan dengan penuh penjiwaan .. perlahan mendidik diri untuk khusyu’ dan tunduk dalam menjalin cinta-Nya .. sembari berharap takdir kemaafan mengiringi jiwa kekanak- kanakan dan kembali dianugerahi persaudaraan dalam satu pijakan

Luangkan waktu sejenak tuk renungi yang terjadi, tuk kembali pulang membawa rindu dan memperbaiki pijakan yang rapuh hingga mampu menebas keras segala keangkuhan.

Minggu, 26 Oktober 2014

Lukisan Adna- Azzahra




Kukayuh sepeda, untuk melarikan hati yang sedih, ke satu- satunya tempat yang selalu menjadi penghiburanku sejak kecil

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat ketika kami rasanya baru saja bertemu di persimpangan waktu yang sebenarnya tak diharapkan. Adna dan Azzahra. Awalnya belenggu ini begitu terasa sampai akhirnya ku dipertemukan dengan Adna, sosok kawan yang bagiku langka ketika harus melangkah di tanah asing yang sungguh sebelumnya aku pun tak tahu bagaimana atmosfer disana.

Keluar dari sebuah lingkaran yang kecil : Omelan saban pagi, ruang gerak yang sempit, dan pembicaraan yang kolot, harusnya membuat kami bahagia. Sebab kini berhasil memasuki lingkaran besar yang ingin menerjunkan diri ditengah pusarannya : Melangkah kokoh, mengeluarkan potensi dalam kegiatan sesuka hati kami, mengerjakan hobi- hobi seni yang selalu menarik minat, misalnya mengunjungi galeri atau pameran buku, atau bahkan sekadar jalan- jalan menikmati langit malam.

Tak usah rencana besar yang indah, cukup bertemu dengan Adna, harusnya cukup membuatku gembira. Kadang terkenang akan pertemuan yang tak biasa itu. Sosok Adna dengan hobi aneh: jalan- jalan seorang diri, menikmati sunyi-nya toko buku, memangsa novel- novel penggugah bagi jiwa- jiwa yang rehat atau bahkan sekadar duduk menikmati makanan seorang diri di sebuah tempat makan sesuka hati, namun hal ini cukup ampuh meredam emosi dan kesedihan. 

Aku belajar dari minat Adna yang begitu besar dan dibumbui dengan karakter idealisnya yang unik. Menarik kupikir. Karena penduduk bumi kini sudah banyak yang membenci kebenaran berdiri tegak. Dan kulihat Adna tak kesalkan mereka yang membicarakannya. Aku belajar darinya, bahwa ketika bersikap dan berpikir benar, dengan sendirinya musuh akan berdatangan. Padahal bukankah bersikap dan berpikir benar lebih utama ? bukankah hidup ini tak cukup dengan kata baik ? – Terima Kasih Adna -

Hingga akhirnya, betapapun berat hati ini, Adna tetap harus pergi, mengejar lebih dalam minatnya. Berpisah denganku yang banyak mencuri bekal hidup darinya. Sebab ada yang aneh dengan kami berdua, tiap kali aku merasa tak enak badan atau sekadar jenuh tak mutu, tanpa diminta Adna selalu datang mengajakku berbincang hingga larut malam- membicarakan masa depan, bahkan tak jarang kami berangan- angan mendirikan sebuah komunitas pengabdian sebagai lelucon malam, sampai biasanya akan berakhir pada pembicaraan serius tentang prinsip hidup dan agama ini, karena pengalamannya yang lebih banyak dariku, beberapa kali ia membuatku ternganga kecil ketika tahu sesuatu yang baru bagiku. Inilah yang terjadi, kunilai dirinya ketika sering berbincang lebih dalam hingga larut malam. Kadang terpikir dalam benak, bahwa “fisik” bukanlah indikator utama untuk menilai pemahaman. Paling tidak, Berbincanglah .. sebab bukankah persangkaan belaka akan menghadirkan kebohongan ? 

Adna, ku belajar darimu tuk bahu- membahu bersama mereka yang semangat belajar, tanpa membedakan perhatian dan rasa sayang ..

Adna, ku belajar darimu, bahwa kadangkala merahasiakan keelokan justru menjadi bagian yang indah dari hidup ini ..

Adna, terima kasih sudah membangun diri ini dengan mengungkapkan kesalahanku, bukan pujian ..

Dan Adna, ku belajar darimu, bahwa hal tersulit yang dilakukan manusia memanglah berubah- menjadi lebih benar dari waktu ke waktu ..

Tak jarang kondisi ini membuat kami bangun dipagi hari dengan kantuk yang luar biasa. Namun tiap kali ini terulang, kami merasa itu malam yang hebat sekaligus aneh.

Karena kepergiannya, kini kami rasakan lingkaran itu semakin besar: akan ada kesempatan menatap langit lebih luas di tempat yang baru, kesempatan untuk bersyukur dan bahagia dengan gaya yang berbeda, kesempatan mencuri bekal hidup dari cinta yang lain .. harusnya tak ada lagi alasan untuk terbelenggu, sebab bukankah syukur dan bahagia tergantung gaya kita menyikapi ?.

Kini untuk Adna- Azzahra ..

Ukhuwah bukan hanya terletak pada indahnya pertemuan, tetapi ingatan seorang sahabat kepada saudaranya didalam doa ..

Senin, 20 Oktober 2014

Menukik Langit Malam





Selayaknya matahari yang terbit menyongsong cahaya

Dan terbenam dengan memesona lewat warna yang meneguhkan jiwa- jiwa rehat

Diam- diam sejak kecil dulu telah kutandai, kalau malam cerah bertandang, pasti bintang akan terlihat lebih memesona di langit. Bertaburan membentuk pola yang tak tentu, namun tetap saja nyaman dipandang. Disaat seperti ini bintang- bintang yang nampak mungil itu justru menambah keelokkan sang bulan. Seakan Tuhan tengah mengatur supaya penduduk langit berjuang bersama menularkan cahaya hingga turun ke bumi. 

Bintang- bintang itu menyihir kami, segerombolan bocah yang asik bermain memaksa diri menemukan bintang yang berpola sambil berbaring di atas atap salah satu rumah kami. Menyihir hingga mulut- mulut kecil kami ternganga. Sampai- sampai bisa merasakan jika ada sedikit saja angin menukik, hingga membawa awan gelap yang siap- siap menutup sebagian bintang. Biasanya kami akan menunggu hingga awan itu berlalu. Menatap dalam sunyi, sampai mereka bak lukisan yang beterbangan di angkasa. Hebat sekali langit malam itu. 

Tapi tahukah engkau, bahwa langit malam di pagi buta akan terlihat lebih memesona. Entah mengapa seakan penduduk langit saat itu akan tampak lebih bercahaya. Padahal telah waktunya penduduk bumi untuk terlelap, atau sekadar lalu- lalang dalam perjalanan sambil  menghiraukan malam, tak ada yang peduli. Merahasiakan keelokan bulan dan bintang yang tengah pasrah bersiap menanti kehadiran mentari.

Namun, bukankah adakalanya, menyerahkan diri dan memelihara rahasia keelokan, menjadi bagian dari indahnya menjalani hidup ini ?

Rabu, 20 Agustus 2014

Bayang Sendu

Ibu .. Ayah ..

Ingatkah ketika diri ini baru saja hadir dengan tangis suci yang kau hendakki ?
Ingatkah walau  saat itu ku tak bisa mengerti, tetap kau berikan makna dalam alunan adzan bagai penyambutan selamat datang untukku .. yang kemudian kau membiarkanku menikmati syahdu nya dalam tangis ..
Lalu dalam dekapan engkau, tahukah bahwa saat itu kurasakan hati yang dihuni cahaya dan ruh- ruh yang saling melihat kilaunya .. merasakan pertemuan dengan ku dalam selembut- lembutnya nurani ..
Tapi kini saatnya ku katakan pada mu, dalam tiap ukhuwah dan cinta ..
Dalam tiap ikatan yang Allah jadi saksinya, Izinkan aku meloncat ke hakikat yang lebih tinggi .. tuk menggapai cita ..
Untukmu Ibu ..
Sungguh untuk bisa menyajikan kehidupan ini, tentu lebih dulu karena ku telah merasakan jemari kasih sayangmu
Aku yang selalu menadah dari curahan kasih sayangmu yang tak kenal henti, air matamu yang tak pernah kering dalam doa, hingga akhirnya ku bisa merengkuhnya dari semesta yang tak terhingga.
Engkau yang tak pernah melepas lembutnya nurani, dalam menggenggam diri ini untuk diperbaiki dan dibenahi, hingga kami anak- anakmu  mampu menapaki bumi ini dengan syahdu.
Ibu, engkau yang selalu bersikeras membuat putri- putrimu jelita, hingga bayang- bayang yang menghuni para cermin pun menjadi memesona, walau hanya sekadar memantulkan kembali keelokan akhlak indah yang kau ajarkan pada kami.
Untukmu Ayah ..
Ada banyak hal yang seringkali tak kau ucapkan, namun keringatmu yang mengalir di pelipis mata tak henti menunjukkan kasih sayangmu.
Menjadikan kami anak- anak yang bersemangat ..
Semangat mengalirkan ruh baru pada  jiwa yang nyaris putus asa, hingga mampu membuat sekeping hati kembali percaya .. bahwa kerja keras dan kebaikan tak akan pernah menghianati.

Kamis, 29 Mei 2014

You and I (2)



You and I,  we are the same ......

We win and lose in the game of life ....

You and I,  we seek the truth ....

Looking for the signs in the universe .....

In this journey we are companions .....

Struggling throught what life throws our way .....

Why should a mother cry ? .....

Why should a wife see her husband die ? .....

Oh, tell me why do we have to fight ? .....

Why don't we try, just you and I .....

You and I, we love our land .....

Protect our own against any harm .....

 
You and I dream of the day ......

When everybody will live in peace ......


Oh, throughout history ...... 

So many senseless wars .....

Yet we never learn .....

We're building borders around us .....

But we still have a chance .....

To heal our wounded world .....

Let's get rid of hatred .....

And see each other as we really are .....
 
Before it's too late .....

Who knows what tomorrow may bring .....


- Remember your eyes, most of all .. I remember your smile .. -



Kamis, 22 Mei 2014

Langit Tetap Biru



Aku suka saat ku menengadah dan melihat langit di alam lepas, terasa sekali bisa ku gapai dalam sekejap ..
Aku suka ketika ku tertunduk dan membenci beban, langit tetap tersenyum. Bahkan ketika air mata mulai jatuh, kini ku sadar langit tetap biru dan berada di atas kepala ku.

Bagi ku langit tetap biru. Lalu bagaimana dengan langit kelabu pekat ? ku tetap bisa melihat ada langit biru dibaliknya ..

Baiklah, lalu bagaimana dg langit senja dan langit malam ? lagi- lagi ku katakan, tunggu saja hingga ia biru kembali bersama pelangi atau mentari ..

Aku suka meihat langit, karena ia amat lapang, bahkan saking luasnya langit mampu menampung beraneka jenis awan dengan warna yang beraneka ragam..

Aku suka melihat langit, karena keberadaanya selalu di atas tanpa ada tiang- tiang penyangga, berada diatas bukan karena tiang pujian atau tiang dorongan dari penduduk bumi. 

Berada diatas karena kesadaran ingin melindungi bumi dari panasnya siang dan dinginnya malam ..

Kesadaran memberikan ruang pada hujan untuk menetesi bumi ..

Kesadaran memberikan ruang bagi anak- anak untuk bermain layang- layang ..

Memberikan ruang bagi angin untuk berhembus ..

Dan kesadaran memberikan ruang bagi yang ingin menikmati langit ..