Jumat, 21 Maret 2014

Rindu Membuncah



Rindu Membuncah

Cahaya bintang malam itu tak lekang dari langit mendung, namun qolbu seakan mendamba bau tanah yang tergores rintik hujan. Kali ini dingin terasa nikmat, dan semakin terasa ketika rindu tetiba merambah ..

Entah kenapa, sujud di sepertiga malam itu terasa berbeda. Seorang gadis penikmat langit yang tengah menjelajah fatamorgana malam dalam memori sakral, mendapati dirinya tetiba dalam perasaan rindu. Kala itu alam menunjukkan kuasanya, langit tak lagi mampu membendung air, hingga menggores tanah tanpa henti untuk beberapa jam- tak ada lisan yang berucap. Hanya sujud yang bercengkerama dalam qolbu, ringan namun menggembirakan hati. Sendu yang memesona. 

Ada yang tertahan dalam penglihatan menuju sajadah- air mata yang bening. Disana rindu mulai membuncah, mengingat cinta- Nya yang khawatir akan menjauh. Mengingat cinta- Nya yang khawatir tak lagi membelai penuh kasih sayang. Mengingat cinta- Nya yang khawatir membuatnya cemburu. Mengingat cinta- Nya yang khawatir diam- diam kecewa.

Rindu semakin membuncah, tatkala khawatir mulai merambah ruh akan kesibukan yang mampu menjadi Ilah. Tak mau layaknya cerang, tempat di rimba yang sudah di tebang pohon- pohonnya- sulit dinikmati. Padahal, bukankah jasmani ini hanya pinjaman, tempat bernaungnya ruh yang dahulu suci itu ? Dan rindu semakin membuncah ketika sadar bahwa mata ini dapat melihat karena ruh, telinga ini dapat mendengar karena ruh, kulit ini dapat merasakan karena ruh. Ya, ruh yang dahulu ditiupkan- Nya ke dalam janin ketika menginjak 120 hari.

Rindu semakin membuncah, manakala khawatir singgah akan keceriaan dalam hari- hari yang justru menghiraukan cinta- Nya. Manakala khawatir singgah akan kesedihan yang berlarut- larut seakan lupa akan cinta- Nya. 

Rindu semakin membuncah, ketika mata mulai membaca surat cinta- Nya di dalam kitab penyempurna itu. Ada perasaan aneh ketika mencoba memahaminya. Diri dari gadis penikmat langit itu seraya tenggelam dalam kelepur kesunyian bumi. Bahasa cinta- Nya mengalun tegas namun penuh kasih sayang. Mendamba kalimat demi kalimat penggugah ghirah, yang mendamba cinta- Nya.

Dalam sujud di sepertiga malam, mampukanlah diri untuk membendung cinta- Mu, tanpa menghilangkan kenikmatan hari- hari dengan rindu yang membuncah itu .. hingga kelak Engkau pisahkan ruh dengan jasmani selama- lamanya ..

Tidak ada komentar: