Ibu .. Ayah ..
Ingatkah
ketika diri ini baru saja hadir dengan tangis suci yang kau hendakki ?
Ingatkah
walau saat itu ku tak bisa mengerti,
tetap kau berikan makna dalam alunan adzan bagai penyambutan selamat datang
untukku .. yang kemudian kau membiarkanku menikmati syahdu nya dalam tangis ..
Lalu
dalam dekapan engkau, tahukah bahwa saat itu kurasakan hati yang dihuni cahaya
dan ruh- ruh yang saling melihat kilaunya .. merasakan pertemuan dengan ku
dalam selembut- lembutnya nurani ..
Tapi
kini saatnya ku katakan pada mu, dalam tiap ukhuwah dan cinta ..
Dalam
tiap ikatan yang Allah jadi saksinya, Izinkan aku meloncat ke hakikat yang
lebih tinggi .. tuk menggapai cita ..
Untukmu
Ibu ..
Sungguh
untuk bisa menyajikan kehidupan ini, tentu lebih dulu karena ku telah merasakan
jemari kasih sayangmu
Aku
yang selalu menadah dari curahan kasih sayangmu yang tak kenal henti, air matamu
yang tak pernah kering dalam doa, hingga akhirnya ku bisa merengkuhnya dari
semesta yang tak terhingga.
Engkau
yang tak pernah melepas lembutnya nurani, dalam menggenggam diri ini untuk
diperbaiki dan dibenahi, hingga kami anak- anakmu mampu menapaki bumi ini dengan syahdu.
Ibu,
engkau yang selalu bersikeras membuat putri- putrimu jelita, hingga bayang-
bayang yang menghuni para cermin pun menjadi memesona, walau hanya sekadar
memantulkan kembali keelokan akhlak indah yang kau ajarkan pada kami.
Untukmu
Ayah ..
Ada
banyak hal yang seringkali tak kau ucapkan, namun keringatmu yang mengalir di
pelipis mata tak henti menunjukkan kasih sayangmu.
Menjadikan
kami anak- anak yang bersemangat ..
Semangat
mengalirkan ruh baru pada jiwa yang
nyaris putus asa, hingga mampu membuat sekeping hati kembali percaya .. bahwa
kerja keras dan kebaikan tak akan pernah menghianati.