Rabu, 20 Agustus 2014

Bayang Sendu

Ibu .. Ayah ..

Ingatkah ketika diri ini baru saja hadir dengan tangis suci yang kau hendakki ?
Ingatkah walau  saat itu ku tak bisa mengerti, tetap kau berikan makna dalam alunan adzan bagai penyambutan selamat datang untukku .. yang kemudian kau membiarkanku menikmati syahdu nya dalam tangis ..
Lalu dalam dekapan engkau, tahukah bahwa saat itu kurasakan hati yang dihuni cahaya dan ruh- ruh yang saling melihat kilaunya .. merasakan pertemuan dengan ku dalam selembut- lembutnya nurani ..
Tapi kini saatnya ku katakan pada mu, dalam tiap ukhuwah dan cinta ..
Dalam tiap ikatan yang Allah jadi saksinya, Izinkan aku meloncat ke hakikat yang lebih tinggi .. tuk menggapai cita ..
Untukmu Ibu ..
Sungguh untuk bisa menyajikan kehidupan ini, tentu lebih dulu karena ku telah merasakan jemari kasih sayangmu
Aku yang selalu menadah dari curahan kasih sayangmu yang tak kenal henti, air matamu yang tak pernah kering dalam doa, hingga akhirnya ku bisa merengkuhnya dari semesta yang tak terhingga.
Engkau yang tak pernah melepas lembutnya nurani, dalam menggenggam diri ini untuk diperbaiki dan dibenahi, hingga kami anak- anakmu  mampu menapaki bumi ini dengan syahdu.
Ibu, engkau yang selalu bersikeras membuat putri- putrimu jelita, hingga bayang- bayang yang menghuni para cermin pun menjadi memesona, walau hanya sekadar memantulkan kembali keelokan akhlak indah yang kau ajarkan pada kami.
Untukmu Ayah ..
Ada banyak hal yang seringkali tak kau ucapkan, namun keringatmu yang mengalir di pelipis mata tak henti menunjukkan kasih sayangmu.
Menjadikan kami anak- anak yang bersemangat ..
Semangat mengalirkan ruh baru pada  jiwa yang nyaris putus asa, hingga mampu membuat sekeping hati kembali percaya .. bahwa kerja keras dan kebaikan tak akan pernah menghianati.