Minggu, 22 Maret 2015

Kedamaian Dalam Hati


Universitas ternama di negara lainnya, konon pernah ada kisah tentang sebuah pendedikasian cinta di California. tertulis nama pendiri Stanford University yaitu Leland Stanford, beliau adalah seorang gubernur California tahun 1876, Leland mempunyai seorang putera yang kemudian meninggal karena typhoid fever saat akan beranjak ke usia 16 tahun.

Setelah itu Leland Standford berkata kepada istrinya bahwa “anak- anak di California akan menjadi anak- anak kita”. Dan mereka segera memutuskan untuk mencari cara yang abadi untuk mengenang anak tercinta mereka. Keluarga Stanford mengunjungi beberapa Universitas besar di timur untuk mengumpulkan ide. Lalu dengan bermodalkan tanah lebih dari 8000 hektar keluarga stanford mendirikan universitas dengan nama Stanford university.

Berawal dari sebuah rasa cinta yang tulus dan justru tumbuh semakin besar dari rasa kehilangan, melewati hidup penuh kebahagiaan ketika kita melihatnya dari kacamata fisik semata. Memiliki harta cukup, nama baik, pendidikan. Namun Apakah mereka bahagia ?, tentu kita tidak pernah tahu seberapa besar rasa kehilangan itu di tengah suksesnya mereka mendirikan sebuah lembaga pendidikan tinggi.

Berdamai dengan masa lalu mungkin itu yang tengah dilakukannya. Mulailah dengan damai menerima masa lalu, peluk semua kisah itu dan berikan dia tempat terbaik dalam hidup. Hingga tiba saatya disiram oleh waktu dan dipoles oleh kenangan baru yang lebih bahagia. Apakah mudah melakukannya ? itu sulit. Tapi bukan berarti mustahil.

Dan ketahuilah, saat kita tertawa, hanya kitalah yang tahu persis apakah tawa itu bahagia atau tidak. Karena boleh jadi, kita sedang tertawa dalam seluruh kesedihan. Orang lain hanya melihat wajah. Saat kita menangis pun sama, hanya kita yang tahu persis apakah tangisan itu sedih atau tidak. Boleh jadi, kita sedang menangis dalam seluruh kebahagiaan. Orang lain hanya melihat luar. 

Tak perlu ada penjelasan panjang lebar. Itu kehidupan kita. Tak perlu siapapun mengakuinya untuk di bilang hebat. Kitalah yang tahu persis setiap perjalanan hidup yang kita lakukan. Kitalah yang tahu persis, apakah kita bahagia atau tidak, tulus atau tidak. 

Lidah dan bibir ini dapat berdusta, amal ini dapat mengelabui, namun hati ? ia tak dapat berpaling dari sebuah kejujuran. Terus belajar mendidik hati, karena ia dapat menjadi sumber dari segala bahasa dan amal.
_Azzahra Ilma_
Wallahu’alam ..


(Sumber kisah Stanford University : http://www.stanford.edu/about/history/)