Acapkali kudapati pertanyaan,
mengapa kau suka memandang langit ?
Selain terimakasih, mungkin
harus ku sampaikan juga kata maaf pada langit pagi karena terus terang,
memandang langit malam lebih membuatku gila. Terimakasih untuk langit
pagi yang dengan sukarela mempersembahkan pemandangan ekspose penuh dialektika
kepada ku, dan maaf tak bisa ku sandingkan kau dengan langit malam sama rata.
Agaknya aku setuju pada beberapa
orang yang sering mengatakan bahwa memandang langit malam akan menciptakan
suatu perasaan tertentu. Bagiku langit malam cukup membuat gila.
Bayangkan saja, sampai detik ini aku tak bisa menghitung dengan sempurna
berjuta hiasan di langit malam itu. Ya, taburan bintang .. penghuni tetap
langit, yang hanya tampak jelas ketika gemerlap tiba. Dan mengapa tak bisa ku
lihat hiasan itu di langit pagi ? atau tak bisakah ku lihat mentari di langit
malam ? langit malam, tahukah banyak lagu menggunakan napas mu dengan
kehangatan bahkan nuansa romantisme ? dan langit pagi, tahukah banyak lagu yang
menggunakan albedo mu dengan keceriaan dan semangat ? baiklah, akan ku ambil
kesimpulan bahwa itulah perbedaan kalian, langit malam-langit pagi.
Sering kudapati imajinasi dalam
benak, seperti apa sejatinya bentuk segala hiasan langit. Benarkah bintang yang
jatuh itu ada ? entahlah, ku sendiri tak pernah merasakan dialektika alam
seperti itu. Malam itu, langit malam dengan bangga mempersembahkan edisi
terbarunya kepadaku lewat bulat-terang nya sang bulan yang tampak serasi ketika
disandingkan dengan untaian bintang yang jumlahnya tak bisa ku hitung sempurna
itu. Adakah langit malam bersela membawa pesan jiwa, menularkan rasa atau hanya
sekadar laksana beraja lewat ?
Lagi-lagi ku katakan
entah mengapa, tak satu malam pun ku lewati untuk menyapa langit malam dari
beranda depan kost-kost-an, tempat tinggal ku selama marantau di negeri
Jawa ini. Nampak sedikit melankolis memang, tapi ku tak peduli. Tak jarang
langit malam menunjukkan kepadaku betapa sistematis-nya tata letak hiasan
yang ia punya, tak jarang langit malam membuatku merasa kerdil di hadapan-Nya,
dan hampir setiap menyapanya harus membuatku merasakan betapa Bijaksana-nya
Tuhan ku tengah membuatmu tampak indah. ALLAHurabbi, Kau sungguh Memesona.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar